1, Pengertian Penderitaan
Penderitaan dan kata derita. Kata derita berasal dari
kata bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu
dapat lahir atau bathin, atau lahir bathin. Yang termasuk penderitaan itu ialah
keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain – lain.
Penderitaan adalah sebuah kata yang sangat dijauhi dan
paling tidak disenangi oleh siapapun. Berbicara tentang penderitaan ternyata
penderitaan tersebut berasal dari dalam dan luar diri manusia. Biasanya orang
menyebut dengan factor internal dan faktor eksternal.
Dalam diri manusia itu ada cipta, rasa dan karysa.
Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak segala aktivitas manusia. Cipta
adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu
ingin dipuaskan. Karena selalu ingin dilayani, sedangkan rasa selalu ingin
dipenuhi tuntutannya. Baru dalam keduanya menemukan yang dicarinya atau
diharapkan manusia akan merasa senang, merasa bahagia.
Apabila karsa dan rasa tidak terpenuhi apa yang
dimaksudkan, manusia akan mendata rasa kurang mengakibatkan munculnya wujud
penderitaan, bahkan lebih dari itu, yaitu rasa takut.
Rasa takut itu justru sudah menyelinap dan dating
menyerang kita sebelum bencana atau bahaya itu datang menyerangnya. Sekarang
yang paling penting adalah bagaimana upaya kita meniadakan rasa kurang dan rasa
takut itu. Karena kedua rasa itu termasuk penyakit batin masuia, maka usaha
terbaik ialah menyehatkan bathin itu sendiri, rasa kurang itu muncul
dikarenakan adanya anggapan lebih pada pihak lain.
Kita sudah tahu bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi penderitaan itu adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Eksternal datangnya dari luar diri manusia. Factor ini dapat dibedakan atas dua
macam ; yaitu eksternal murni dan tak murni. Eksternal murni adalah penyebab
yang benar – benar berasal dari luar diri manusia yang bersangkutan.
Penderitaan itu tidak bukan merupakan akibat ulah manusia yang bersangkutan.
2. Siksaan bersifat Psikis
Siksaan yang sifatnya Psikis misalnya kebimbangan,
kesepian dan ketakutan. Kebimbangan dialami oleh seseorang bila ia pada
suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Misalnya pada
suatu saat apakah seseorang yang bimbang itu pergi atau tidak. Akibat dari
kebimbangan seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia
merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu. Bagi orang yang lemah berpikirnya,
masalah kebimbangan akan lama dialami, sehingga siksaan itu berkepanjangan.
Tetapi bagi orang yang kuat berpikirnya ia akan cepat mengambil suatu keputuan,
sehingga kebimbangan akan cepat dapat diatasi.
Kesepian dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi
dalam dirinya atau jiwanya, walaupun ia dalam lingkungan orang ramai, kesepian
ini tidak boleh dicampur adukkan dengan keadaan sepi seperti yang dialami
oleh petapa atau biarawan yang tinggalnya ditempat yang sepi. Tempat
mereka memang sepi tetapi hati mereka tidak sepi. Kesepian juga merupakan salah
satu wujud dari siksaan yang dialami seseorang.
Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat
diatasi agar seseorang jangan terus menerus merasakan penderitaan batin,
sebagai homo socius, seseorang perlu kawan, maka untuk mengalahkan rasa
kesepian orang perlu cepat macari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi.
Pada umumnya orang yang dapat dijadikan kawan duka adalah orang yang dapat
mengerti dan menghayati kesepian yang dialami oleh sahabatnya itu, selain
mencari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan,
khususnya yang dapat bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak memperoleh
tempat dan waktu dalam dirinya.
Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang
tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Pada umumnya orang memiliki
satu atau lebih phobia ringan seperti takut pada tikus, ular, serangga dan lain
sebagainya. Tetapi pada sementara orang ketakutan itu sedemikian hebatnya
sehingga sangat mengganggu. Seperti pada kesepian, ketakutan dapat juga timbul
atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan merupakan
hal yang sifatnya psikis.
Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa
ketakutan, antara lain :
Claustrophobia dan Agoraphobia.
Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan
tertutup, sedangkan Agoraphobia adalah rasa takut yang disebabkan seseorang
berada di tempat terbuka
Gamang merupakan ketakutan bila seseorang di
tampat yang tinggi. Hal itu disebabkan karena ia takut akibat berada di tempat
yang yang tinggi, misalnya seseoarang harus melewati jermbatan yang sempit,
sedangkan dibawahnya air yang mengalir, atau seseoprang takut meniti dinding
tembok dibawahnya.
Kegelapan merupakan suatu ketakutan seseorang
bila ia berada di tempatyang gelap. Sebab dalam pikirannya dalam
kegelapan demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti, misalnya setan, pencuri,
orang yang demikian menghendaki agar ruangan tempat tidur selalu dinyalakan
lampu yang terang .
Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh
rasa sakit yang akan dialami seseoarng yang takut diinjeksi, ia sudah
berteriak-teriak sebelum jarum injeksi ditusukkan kedalam tubuhnya,Hal itu
disebabkan karena dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan kesakitan
Kegagalan merupakan dari seseorang disebabkan
karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang
yang patah hati tidak mudah untuk bercinta lagi, karena takut dalam percintaan
berikutnya juga akan terjadi kegagalan, trauma yang pernah dialaminya telah
menjadikan dirinya ketakutan kalau sampai terulang lagi.
Pengertian Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai
kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan
sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan
yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala Kekalutan Mental
Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami
kekalutan mental adalah :
nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing,
sesak napas, demam, nyeri pada lambung
nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan,
patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-tahap Gangguan Kejiwaan
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah
gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan
si penderita baik jasmani maupun rokhaninya
usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu
mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak
menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan
problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan
persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan
yang bersangkutan mengalami gangguan
Sebab-sebab Kekalutan Mental
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak
disebutkan antara lain sebagai berikut :
kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau
mental yang kurang sempuma; hal-hal tersebut sering menyebabkan yang
bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan
kaedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
terjadinya konflik sosial budaya akibat norma berbeda
antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga is
tidak dapat menyesuaikan diri lagi; misalnya orang pedesaan yang berat
menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, orang tea yang telah mapan sulit
menerima keadaan baru yang jauh berbeda dan masa jayanya dulu.
cara pematangan batin yang salah dengan memberikan
realcsi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai
overcompensatie.
Proses-proses Kekalutan Mental
Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh
seseorang mendorongnya ke arah
Positif : trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab
secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan
sholat tahajut waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan
keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun melakukan kegitan
yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan.
Negatif : trauma yang dialami diperlannkan atau
diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi,yaitu tekanan
batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk frustasi antara lain :
agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi
yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi
(tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang
sekitamya.
regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitif
atau kekanak-kanankan (infantil), misalnya dengan menjerit-jerit,menangis
sampai meraung-raunganemecah barang-barang.
fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu
pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri,
membentur-benturkan kepala pada benda keras.
proyeksi merupakan usaha melemparkan atau
memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain,
kata pepatah: awak yang tidak pandai menari, dikatakan lantai yang terjungkit.
identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang
yang sukses dalam imaginasinya, misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan
menyamakan diri dengan bintang film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha
kaya yang sukses.
narsisme adalah self love yang berlebihan, sehingga
yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.
autisme adalah gejala menutup diri secara total dari
dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, is puas dengan
fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam
lingkungan seperti :
kota-kota besar yang banyak memberi
tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu sebagian orang tidak mau tahu
keperluan hidupnya, sebagian orang tidak mau tahu terhadap penderitaan orang
lain akibat egoisme sebagai ciri masyarakat kota.
anak-anak muda usia yang tidak berhasil dalam mencapai
apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan
dengan tujuannya, sehingga pada orang-orang usia tuapun sering mengalami
penderitaan dalam kenyataan hidupnya akibat norma lama yang dipegang teguh
sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
Wanita pada umumnya lebih mudah merasakan suatu
masalah yang dibawanya kedalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan
perasaannya tersebut, sementara itu mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih
lemah, sehingga kaum wanitalah yang banyak menjadi penderita psikosomatisme
(penyakit akibat gangguan kejiwaan) daripada kaum pria
orang yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan,
bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga sifat pasrah
umumnya tidak dikenalnya, dalam keadaan yang sulit orang yang demikian ini
mudah sekali mengalami penderitaan.
orang yang terlalu mengejar materi seperti pedagang
dan pengusaha memiliki sifat ngoyo dalam memperoleh tujuan kegiatannya, yaitu
mencari untung sebanyak mungkin, mereka adalah kaum materialis dan mengabaikan
masalan spiritual yang justru membuat seseorang pasrah pada saat-saat tertentu.
Penderitaan maupun siksaan yang dialami oleh manusia
memang merupakan beban berat, sehingga dunia ini benar-benar menipakan neraka
dalam hidupnya. Bagi mereka yang mulai merasakan tidak mampu lebih lama
menderita, biasanya terlontar kata-katanya lebih baik mati daripada hidup,
dengan pengertian bahwa dengan kematiannya maka berakhirlah penderitaan yang
dialaminya. Itulah sebabnya mereka yang terlalu menderita dan merasa putus asa,
lalu mengambil jalan “pintas” dengan bunuh diri.
Hubungan antara penderitaan dan
perjuangan :
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan yang bersifaat kodrati yang sudah menjadi konsekwensi hidup manusia. Karena terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Sehingga manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap sebagai rangkaian penderitaan, melainkan optimis, berusaha mengatasi kesulitan hidup.
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. caranya yaitu berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan.
Penderitaan Media Masa Dan Seniman
Hubungan antara penderitaan, media masa dan seniman :
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, radio, internet, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang simpati.
Tetapi tidak kalah pentingnya komunikiasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
Penderitaan Dan Sebab - Sebabnya
Sebab-sebab timbulnya penderitaan :
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat berupa usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu.
Pengaruh Penderitaan
Pengaruh yang akan terjadi pada seseorang jika mengalami penderitaan :
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia atau tidak bahagia. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya sebagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah.
Apabila sikap negative dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaiannya itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan yang bersifaat kodrati yang sudah menjadi konsekwensi hidup manusia. Karena terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Sehingga manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap sebagai rangkaian penderitaan, melainkan optimis, berusaha mengatasi kesulitan hidup.
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. caranya yaitu berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan.
Penderitaan Media Masa Dan Seniman
Hubungan antara penderitaan, media masa dan seniman :
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, radio, internet, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang simpati.
Tetapi tidak kalah pentingnya komunikiasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
Penderitaan Dan Sebab - Sebabnya
Sebab-sebab timbulnya penderitaan :
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat berupa usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu.
Pengaruh Penderitaan
Pengaruh yang akan terjadi pada seseorang jika mengalami penderitaan :
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia atau tidak bahagia. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya sebagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah.
Apabila sikap negative dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaiannya itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.
Sumber:
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/psychology/study-program-of-psychology-s1/ilmu-budaya-dasar/manusia-dan-penderitaan//wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/tugas-ibd-manusia-dan-penderitaan/